Seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia, konsumsi akan barang-barang berbahan plastik semakin meningkat. Menurut data statistik, kebutuhan plastik di Eropa Barat 100 kg per orang per tahun, sedangkan di Jepang, jumlah limbah plastik mencapai lebih dari 10 juta ton per tahun. Plastik yang beredar, secara komersial dikelompokkan berdasarkan bahan penyusunnya. Jenis-jenis plastik tersebut adalah Polyethylene (PE), PolyVinyl Chloride (PVC), Poly Propylene (PP), PolyMethyl Methacrylate (PMMA), Acrylonitrite Butadiene Styrene (ABS), Polyamide (PA), Polyester dan PolyEthylene Terephthalate (PET). Distribusi plastik yang terdapat di masyarakat banyak berasal dari bahan Polyethylene. Polyethylene sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu High Density PolyEthylene (HDPE), Low Density PolyEthylene (LDPE) dan Linier Low Density PolyEthylene (LLDPE). Dalam pemakaiannya HDPE banyak digunakan sebagai botol minuman, sedangkan LDPE digunakan sebagai kantong plastik. LLDPE memiliki kekuatan tensil yang lebih tinggi dari LDPE dan memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap tekanan. Di pasaran terdapat juga plastik jenis Crosliking Polyethylene (XPE).
Hampir setiap produk menggunakan plastik baik sebagai kemasan atau bahan dasar karena plastik mempunyai keunggulan seperti ringan, kuat, transparan, tahan air serta harganya relatif murah dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Polietilena (PE) adalah salah satu jenis plastik paling banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari seperti kantong plastik yang terbuat dari jenis low density polyethylene (LDPE). LDPE merupakan salah satu jenis plastik sintesis yang bersifat non-biodegradable atau tidak dapat terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga menyebabkan masalah lingkungan.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyebutkan, Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia yang dibuang ke laut. Sampah plastik yang berasal dari daratan dan dibuang ke laut jumlahnya mencapai 80 persen dari total sampah yang ada di laut. Sampah-sampah tersebut masuk ke lautan, disebabkan oleh pengelolaan sampah yang kurang efektif dan perilaku buruk dari masyarakat pesisir di seluruh dunia dalam menangani sampah plastik.
WHAT REALLY HAPPENS TO THE PLASTIC YOU THROW AWAY?
Sampah plastik dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem karena plastik sampah dapat menimbulkan racun dari hasil penguapan di udara apabila tumpukan sampah tergenang air hujan. Racun tersebut dapat meracuni ekosistem dan biota yang terkena. Apabila samph plstik telah sampai di laut maka akan berdampak pada biota yang terdapat di laut. Sebagi contoh penyu dapat memakan sampah plastik karena mengira itu adalah makanan. Jika plastik tetmakan maka akan menyebabkan kematian pada biota tersebut. Tidak hanya itu plastik yang terdapat di laut dapat terurai menjadi mikroplastik. Hal ini dapat memberikan dampak kesehatan bagi manusia juga. Sebagai contoh mikroplastik akan menjadi makanan ikan kecil, kemudian ikan kecil dimakan oleh semacam cumi-cumi dan cumi-cumi akan dimakan oleh ikan tuna. Kemudian ikan tuna dimakan oleh manusia, secara tidak langsung manusia juga mengakumulasi mikroplastik dalam tubuhnya yang dimana hal tersebut berbahaya bagi kesehatan. Telah banyak kasus didapatkan paus yang mati akibat memakan plastik sampah. Bukan nya paus, penyu, burung dan biota lainpun mengalami hal yang sama.
Dari hal tersebut dibutuhkan peran kita manusia untuk mengurangi dampak akibat sampah plastik, adapun solusi yang telah diungkapkan dari beberapa penelitian adalah pembuatan bahan plastik biodegradable menggunakan bahan organik, penggunaan sedotan non plastik, dll. Adapun untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang tidak bisa terdegradasi adalah dengan melakukan daur ulang terhdp sampah plastik. Plastik dari bahan petrokimia mempunyai kecepatan biodegradasi yang sangat lambat, dan membutuhkan waktu yang lama untuk terdegradasi sempurna. Limbah plastik yang ada pada saat ini pada umumnya hanya dibuang (disposal), landfill, dibakar atau didaur ulang (recycle). Limbah plastik jika diolah dengan cara yang tepat, karena plastik dapat menghasilkan hidrokarbon yang merupakan bahan dasar energi dan bahan kimia. Polyethylene sebagai bahan dasar pembutan kantong plastik merupakan polimer termoplastik sehingga dapat terdegradasi dengan perlakuan termal. Metode perlakuan termal yang biasa digunakan salah satunya adalah pirolisis. Pirolisis merupakan proses peruraian bahan organik secara termal tanpa adanya oksigen dengan produk berupa cairan, gas dan padatan. Pirolisis tidak melepaskan polutan berupa partikel dan karbondioksida ke atmosfer sehingga praktis tidak mengganggu lingkungan.
Proses pengolahan limbah plastik menjadi produkyang bernilai ekonomi melalui beberapa tahapan proses utama. Tahapan proses penting dalam konversi limbah plastik adalah proses pyrolisis. Pirolisis merupakan teknik pembakaran sampah sekaligus penyulingan bahan tanpa O2 dengan suhu tinggi (800 derajat celcius hingga 1000 derajat celcius), dan gas yang dihasilkan berguna dan aman bagi lingkungan, karena produk akhir yang dihasilkan berupa karbondioksida dan air. Selain gas, senyawa hidrokarbon cair mulai dari C1 hingga C4, dan senyawa rantai panjang seperti parafin dan olefin. Hasil produk akhir dan properti tergantung pada komposisi sampah plastik.
-LET'S SAVE OUR EARTH, DO WHAT YOU CAN DO-
Hampir setiap produk menggunakan plastik baik sebagai kemasan atau bahan dasar karena plastik mempunyai keunggulan seperti ringan, kuat, transparan, tahan air serta harganya relatif murah dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Polietilena (PE) adalah salah satu jenis plastik paling banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari seperti kantong plastik yang terbuat dari jenis low density polyethylene (LDPE). LDPE merupakan salah satu jenis plastik sintesis yang bersifat non-biodegradable atau tidak dapat terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga menyebabkan masalah lingkungan.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyebutkan, Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia yang dibuang ke laut. Sampah plastik yang berasal dari daratan dan dibuang ke laut jumlahnya mencapai 80 persen dari total sampah yang ada di laut. Sampah-sampah tersebut masuk ke lautan, disebabkan oleh pengelolaan sampah yang kurang efektif dan perilaku buruk dari masyarakat pesisir di seluruh dunia dalam menangani sampah plastik.
WHAT REALLY HAPPENS TO THE PLASTIC YOU THROW AWAY?
Sampah plastik dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem karena plastik sampah dapat menimbulkan racun dari hasil penguapan di udara apabila tumpukan sampah tergenang air hujan. Racun tersebut dapat meracuni ekosistem dan biota yang terkena. Apabila samph plstik telah sampai di laut maka akan berdampak pada biota yang terdapat di laut. Sebagi contoh penyu dapat memakan sampah plastik karena mengira itu adalah makanan. Jika plastik tetmakan maka akan menyebabkan kematian pada biota tersebut. Tidak hanya itu plastik yang terdapat di laut dapat terurai menjadi mikroplastik. Hal ini dapat memberikan dampak kesehatan bagi manusia juga. Sebagai contoh mikroplastik akan menjadi makanan ikan kecil, kemudian ikan kecil dimakan oleh semacam cumi-cumi dan cumi-cumi akan dimakan oleh ikan tuna. Kemudian ikan tuna dimakan oleh manusia, secara tidak langsung manusia juga mengakumulasi mikroplastik dalam tubuhnya yang dimana hal tersebut berbahaya bagi kesehatan. Telah banyak kasus didapatkan paus yang mati akibat memakan plastik sampah. Bukan nya paus, penyu, burung dan biota lainpun mengalami hal yang sama.
Dari hal tersebut dibutuhkan peran kita manusia untuk mengurangi dampak akibat sampah plastik, adapun solusi yang telah diungkapkan dari beberapa penelitian adalah pembuatan bahan plastik biodegradable menggunakan bahan organik, penggunaan sedotan non plastik, dll. Adapun untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang tidak bisa terdegradasi adalah dengan melakukan daur ulang terhdp sampah plastik. Plastik dari bahan petrokimia mempunyai kecepatan biodegradasi yang sangat lambat, dan membutuhkan waktu yang lama untuk terdegradasi sempurna. Limbah plastik yang ada pada saat ini pada umumnya hanya dibuang (disposal), landfill, dibakar atau didaur ulang (recycle). Limbah plastik jika diolah dengan cara yang tepat, karena plastik dapat menghasilkan hidrokarbon yang merupakan bahan dasar energi dan bahan kimia. Polyethylene sebagai bahan dasar pembutan kantong plastik merupakan polimer termoplastik sehingga dapat terdegradasi dengan perlakuan termal. Metode perlakuan termal yang biasa digunakan salah satunya adalah pirolisis. Pirolisis merupakan proses peruraian bahan organik secara termal tanpa adanya oksigen dengan produk berupa cairan, gas dan padatan. Pirolisis tidak melepaskan polutan berupa partikel dan karbondioksida ke atmosfer sehingga praktis tidak mengganggu lingkungan.
Proses pengolahan limbah plastik menjadi produkyang bernilai ekonomi melalui beberapa tahapan proses utama. Tahapan proses penting dalam konversi limbah plastik adalah proses pyrolisis. Pirolisis merupakan teknik pembakaran sampah sekaligus penyulingan bahan tanpa O2 dengan suhu tinggi (800 derajat celcius hingga 1000 derajat celcius), dan gas yang dihasilkan berguna dan aman bagi lingkungan, karena produk akhir yang dihasilkan berupa karbondioksida dan air. Selain gas, senyawa hidrokarbon cair mulai dari C1 hingga C4, dan senyawa rantai panjang seperti parafin dan olefin. Hasil produk akhir dan properti tergantung pada komposisi sampah plastik.
-LET'S SAVE OUR EARTH, DO WHAT YOU CAN DO-
Comments
Post a Comment